"Yah kenapa mati jam segini listriknya? Belum masak nasi lagi, huaaaa..." teriak Liza dari arah dapur.
"Udah, paling juga bentar lagi nyala" sahutku.
"Iya, tapi udah laper" jawabnya lagi.
"Udah kak, aku masak nasi agak banyakan tadi, ambil punyaku aja" sahut Fatma dari arah kamar depan.
Yah seperti itulah kehebohan kontrakanku jika ada yang panik gara-gara listrik padam. Kalau suasananya gelap gini memang paling asyik itu ya molor. Ponsel juga sudah pada padam karena seharian di luar rumah, baru nyampe rumah eh taunya malah nggak bisa ngisi daya.
"Kamu jangan tidur ya, ntar begadang lagi" terdengar suara Liza wanti-wanti tentang kebiasaan tidurku.
"Iya.." jawabku sambil berlalu menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Selesai shalat, masih dengan penerangan seadanya dari lilin yang juga sudah hampir habis, aku pun merebahkan badan di tempat tidur. Kebetulan Liza juga sedang berada di luar kamar, jadi tidak terlalu memperhatikan tingkah polahku. Tanpa disadari, akhirnya aku terlelap juga.
--- O ---
"Ya ampun Lizi, kamu itu memang kebiasaan ya. Tidur jam segini itu sama aja bikin insomnia kamu itu nggak sembuh-sembuh" omelku melihat kembaranku ini sudah terlelap di tempat tidurnya.
Sebenarnya percuma saja aku mengomel sendiri. Karena Lizi juga nggak bakalan dengar karena sudah terlihat sangat nyenyak tidurnya. Ah kembaranku ini memang akhir-akhir ini entah kenapa sering diserang insomnia. Padahal dia juga jarang tidur siang, tetapi ya tetap aja susah tidur kalau aja sempat belum tidur di bawah tengah malam.
Yah aku cuma bisa ngingetin dia aja. Tapi ya itu, anaknya memang bandel. Selalu aja bisa ngeles. Beda sekali dengan aku yang akhir-akhir ini justru jam tidurnya suka maju. Entahlah, walau kami kembar selalu banyak sifat dan sikap kami yang bertolak belakang.
--- O ---
"Za... ayo banguuun" bisikku pada Liza kembaranku.
"Ada apa Zi, ngapain bangunin aku jam segini?" jawab Liza
"Kamu nyimpen telur pulang belanja kemarin dimana Za?" tanyaku lagi.
"Ya ampun Zi, ini jam berapa? Kamu bangunin aku cuma karena mau nanya telur?" omel Liza.
"Pukul dua dini hari Za" jawabku cengengesan.
"Itu di kotak dekat meja. Nggak bisa apa usaha sendiri buat nyari? Kamu mau buat aku ketularan insomniamu itu apa? Bangunin aku cuma gara-gara itu" omel Liza sambil bersiap untuk tidur lagi.
"hehehe... ya udah kamu tidur lagi aja kalo gitu" jawabku usil dan disambut dengan pelototan Liza.
Ah Liza tidak tahu saja, sebenarnya aku mencari telur untuk kuolah sebagai pengganti lauk untuk sarapannya esok. Entahlah, kembaranku itu memang suka sekali ngomel-ngomel, walau memang lebih sering ngomelnya itu untuk kebaikanku juga. Walau bagaimanapun, aku tetap sayang dengan si cerewet yang sekarang sudah tampak lelap kembali di tempat tidurnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar