Rabu, 16 Januari 2013

Cuti Sakit Hati

Pendar abu-abu terlihat di langit sore ini. Aku berdoa agar hujan tidak turun terlebih dahulu. Sore ini aku ada janji bertemu dengan Anton, pacarku di sebuah kafe di tengah kota. Sebenarnya aku sudah sedikit terlambat dari waktu yang kami janjikan. Tetapi ya mau bagaimana lagi, angkot yang kutumpangi terjebak macet karena memang jalan dipenuhi dengan orang-orang yang baru saja bubaran kantor.

Tiba-tiba ponselku berdering, menunjukkan ada pesan yang masuk.

"Kamu udah dimana? Kok nggak nyampe-nyampe?" isi pesan itu tertulis. Ya pesan itu tentu saja berasal hari ponsel Anton, pacarku. Ini masih lumayan, biasanya isi pesan darinya bisa mencapai tiga layar pesan jika sudah tidak sabar menunggu seperti ini. Yang lebih membuat aku tidak nyaman adalah jika diakhir pesannya ia membawa-bawa nama Liza, kembaranku.

"Iya ini masih di jalan, macet parah" ketikku pada layar ponselku dan segera mengirimkannya. Aku yakin jawabannya kali akan lebih panjang lagi. Tak lama ponselku berbunyi lagi.

"Ya udah, aku pesanin sekalian nggak nih makanan buat kamu? Masih jauh nggak?" tulisnya di pesan itu. Aku sedikit janggal membaca pesan itu, karena tidak biasanya Anton seperti itu. Aneh menurutku jika dia bermanis-manis karena sejak awal kami menjalin hubungan dia memang jarang melakukan hal yang manis. Lebih sering mengkritikku malah.

"Kamu pesan duluan aja, ntar takutnya makanannya dingin lagi" isi balasan yang kukirim pada Anton. 

"Ya udah kamu hati-hati" jawabnya. Aku tidak membalas pesan itu lagi. Pesan-pesannya hari ini memang benar-benar aneh, tidak seperti biasanya yang selalu ngomel.

Sejak awal, aku tahu Anton adalah penggemar setia Liza, kembaranku. Saat iya mengajakku pacaran pun aku tahu jika ia masih menyukai Liza. Tetapi ya mau bagaimana lagi, saat itu aku terlalu dibutakan dengan rasa sukaku pada Anton. Saat itu Liza pernah bertanya padaku, apa aku tidak apa-apa? Apa aku tidak takut sakit hati? Dengan wajah layaknya orang sedang tertembak panah cinta, aku tidak mempermasalkan hal itu. Tetapi seiring berjalannya waktu, dugaanku itu salah besar. Awalnya Anton hanya membanding-bandingkan hal kecil saja antara aku dan Liza. Tetapi, belakangan ini hampir semua yang aku pakai, aku lakukan selalu dibangdingkannya denga Liza. Teryata Liza benar, sakit hati itu akan datang.

Bangunan kafe yang bergaya minimalis itu sudah mulai tampak di ujung jalan. Gerimis mulai turun, untung saja aku membawa payung di ranselku. Dengan rasa sedikit tak sabar, aku mempercepat langkahku menuju kafe itu setelah meminggirikan angkot

---oOo---

"Aku mau cuti aja Za" ujarku pada Liza pagi tadi.

"Cuti kuliah Zi?" tanya Liza heran.

"Cuti sakit hati" jawabku asal.

"Maksudnya?" tanya Liza makin keheranan. 

Aku hanya tersenyum usil sambil berlalu ke kamar mandi, meninggalkan Liza yang ngomel-ngomel di balik pintu.



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita ini dibuat untuk meramaikan #13HariNgeblogFF hari keempat (/ >o<)/








Tidak ada komentar:

Posting Komentar